Jos889 News - Aksi nekat sekelompok ojek online (ojol) yang membuang sepeda motor milik debt collector ke sungai di kawasan Jalan Gunung Sehari, Jakarta Pusat, menghebohkan warga sekitar. Insiden ini terjadi pada Selasa pagi, dan langsung menjadi viral di berbagai media sosial.

Menurut informasi yang dihimpun, peristiwa ini berawal saat beberapa orang yang mengaku sebagai ojek online merasa geram setelah salah satu rekan mereka dihentikan oleh seorang debt collector yang tengah menarik motor milik pelanggan. Tak terima dengan tindakan tersebut, sejumlah ojol yang berada di sekitar lokasi langsung bergerak untuk melawan.

"Awalnya hanya ada satu motor yang ditarik. Tapi banyak ojol yang langsung datang dan marah-marah, mereka tidak terima temannya diperlakukan seperti itu," ujar Sandi (32), salah satu saksi mata yang berada di lokasi saat kejadian.

Rombongan ojol legacy of kong demo yang terdiri dari puluhan pengendara tersebut akhirnya menggelar aksi balas dendam dengan merampas motor yang sedang ditarik oleh debt collector. Dalam keadaan emosi tinggi, mereka kemudian membawa motor tersebut menuju ke salah satu titik di dekat Sungai Ciliwung yang melintasi kawasan tersebut. Tanpa basa-basi, mereka kemudian membuang motor itu ke dalam sungai.

"Saya lihat motor itu dibawa ke pinggir sungai dan langsung dibuang begitu saja. Mereka tampak tidak peduli dengan kerusakan yang terjadi," tambah Sandi.

Aksi tersebut menyita perhatian warga sekitar yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib. Tidak berselang lama, polisi dari Polsek Metro Gambir datang ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.

Kapolsek Metro Gambir, Kompol Agung Priyo, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait insiden tersebut. "Kami sudah menerima laporan dari warga dan sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam aksi pembuang motor ini. Kami juga akan memeriksa apakah ada unsur pidana yang terjadi," ujarnya.

Sementara itu, pihak debt collector yang menjadi korban juga melaporkan kejadian ini kepada polisi. "Kami sedang dalam proses melaporkan kejadian ini, karena kehilangan motor yang dibuang ke sungai. Ini adalah tindakan yang sangat tidak bisa dibenarkan," kata Rizki (40), salah satu debt collector yang terlibat dalam penarikan motor tersebut.

Meski belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian terkait motif pasti di balik aksi tersebut, sejumlah sumber menyebutkan bahwa ketegangan antara ojek online dan debt collector sudah sering terjadi. Perselisihan ini kerap dipicu oleh ketidakpuasan ojol terhadap tindakan penarikan motor yang dianggap tidak adil, terutama saat berhubungan dengan pelanggan yang telat membayar cicilan.

Selain itu, banyak pengendara ojol yang merasa terbebani dengan biaya operasional yang semakin tinggi, dan seringkali mereka menjadi pihak yang terkena dampak dari tindakan penarikan motor tersebut.

Aksi tersebut memicu beragam reaksi dari masyarakat. Beberapa warga menilai bahwa tindakan ojol tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang sering terjadi dalam sistem penarikan kendaraan bermotor. Namun, banyak juga yang mengkritik keras tindakan tersebut, yang dinilai anarkis dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

"Pihak kepolisian harus bertindak tegas agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Tindakan main hakim sendiri seperti ini bisa merusak ketertiban umum," ujar Fadli (45), warga yang tinggal di sekitar Jalan Gunung Sehari.

Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, juga menanggapi kejadian ini dengan mengimbau semua pihak untuk menyelesaikan permasalahan secara hukum dan tidak menggunakan kekerasan atau tindakan di luar prosedur yang berlaku. "Kami mengimbau kepada semua pihak untuk selalu menjaga ketertiban dan menyelesaikan masalah dengan cara yang sah, bukan dengan cara-cara anarkis," katanya.

Polisi hingga saat ini masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini. Beberapa pelaku yang terlibat dalam peristiwa tersebut dilaporkan sudah dikenai pemeriksaan intensif.

Apakah kasus ini akan berlanjut ke jalur hukum, atau akan diselesaikan dengan cara mediasi, masih menjadi pertanyaan besar. Namun yang jelas, kejadian ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara kelompok ojol dan pihak debt collector di Jakarta.