Jos889 News - Sebuah kisah memilukan datang dari ibu seorang korban yang mencari keadilan atas kasus yang menimpa anaknya. Anak seorang bos roti ternama menjadi korban tindak kejahatan, tetapi perjuangan untuk mendapatkan keadilan justru penuh rintangan. Dua kantor polisi sektor (polsek) menolak laporan keluarga korban, hingga sang ibu terpaksa menjual motor satu-satunya demi membayar pengacara.
Peristiwa ini bermula ketika anak korban, seorang remaja berusia 17 tahun, mengalami tindak kekerasan oleh sekelompok pelaku yang diduga memiliki hubungan dengan orang demo slot aztec bonanza berpengaruh di wilayah tersebut. Sang ibu, Siti Nurjanah (45), awalnya melaporkan kejadian tersebut ke Polsek A, tetapi ditolak dengan alasan kasus tersebut dianggap "kurang bukti". Tidak menyerah, Siti kemudian membawa perkara tersebut ke Polsek B, tetapi hasilnya sama: laporan ditolak.
“Saya sudah membawa anak saya yang penuh luka sebagai bukti, tetapi mereka tetap menolak. Katanya ini masalah internal dan bisa diselesaikan sendiri,” ujar Siti dengan mata berkaca-kaca saat ditemui wartawan.
Merasa diabaikan oleh pihak berwajib, Siti memutuskan mencari bantuan hukum dari pengacara. Namun, keterbatasan ekonomi menjadi tantangan besar. Siti, yang sehari-hari bekerja sebagai penjual kue keliling, akhirnya menjual motor satu-satunya untuk membayar biaya jasa pengacara.
“Motor itu satu-satunya harta yang saya miliki. Saya gunakan untuk keliling jualan, tapi demi anak saya, saya rela menjualnya,” ungkap Siti dengan nada lirih.
Dengan bantuan pengacara, kasus ini akhirnya berhasil dibawa ke perhatian publik dan diterima oleh pihak yang lebih tinggi di tingkat kepolisian. Proses hukum pun mulai berjalan setelah mendapat sorotan media.
Kapolres wilayah setempat, Kombes Pol Agus Santoso, menyatakan pihaknya akan mendalami dugaan kelalaian yang dilakukan oleh dua polsek tersebut. “Kami akan melakukan evaluasi terhadap prosedur yang diambil oleh anggota kami di lapangan. Jika ada pelanggaran, akan kami tindak tegas,” kata Agus dalam konferensi pers.
Kisah ini menjadi pengingat akan sulitnya akses keadilan bagi masyarakat kecil, terutama ketika berhadapan dengan pihak-pihak yang memiliki pengaruh besar. Siti berharap kejadian yang menimpa anaknya bisa menjadi pelajaran, bukan hanya bagi aparat hukum, tetapi juga masyarakat.
“Saya hanya ingin keadilan untuk anak saya. Semoga tidak ada lagi yang mengalami seperti kami,” pungkas Siti.
Kasus ini kini tengah dalam proses penyelidikan lebih lanjut, dan publik berharap agar keadilan dapat ditegakkan tanpa pandang bulu.