Viral Mahasiswi UBL Ejek Fasilitas Kampus Lain, Mewek Saat Minta Maaf
Views: 11
Bandung, 29 November 2024 – Sebuah video yang memperlihatkan seorang mahasiswi Universitas Bela Negara (UBL) tengah menangis saat meminta maaf viral di media sosial. Video tersebut menyebar dengan cepat setelah sang mahasiswi terekam mengkritik dan mengejek fasilitas kampus lain dalam sebuah acara yang digelar di UBL. Tidak hanya itu, pernyataan-pernyataan yang disampaikannya menyinggung beberapa pihak, khususnya mahasiswa dari kampus lain yang dianggapnya memiliki fasilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan kampus tempat ia belajar.
JOS889 NEWS - Namun, tak lama setelah video tersebut viral, muncul fakta mengejutkan bahwa mahasiswi yang bersangkutan ternyata adalah penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP), sebuah program bantuan pendidikan dari pemerintah yang ditujukan untuk mahasiswa kurang mampu. Fakta ini semakin memperburuk persepsi publik terhadap pernyataan yang sempat ia sampaikan.
Kejadian berawal saat sebuah acara seminar yang diadakan oleh UBL di mana mahasiswa diberi kesempatan untuk berbicara mengenai pengalaman mereka selama kuliah di kampus tersebut. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswi yang diketahui bernama Nadia (22) berbicara tentang pengalaman akademik dan fasilitas yang ada di kampus. Namun, dalam kesempatan itu, Nadia secara tidak sengaja mengeluarkan pernyataan yang menyinggung kampus lain.
“Di sini fasilitasnya bagus banget, coba kalau di kampus lain, kayaknya nggak ada yang sehebat di sini demo legacy of kong maxways. Mereka harus banyak belajar soal fasilitas,” kata Nadia dengan nada yang terkesan meremehkan.
Pernyataan ini langsung disorot oleh netizen yang menilai bahwa kata-kata Nadia sangat tidak pantas, terutama karena kampus yang ia ejek tersebut juga memiliki banyak mahasiswa yang sangat berdedikasi meskipun dengan fasilitas yang terbatas. Kritik tajam datang dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa dari kampus yang diejek, yang merasa terhina dengan pernyataan tersebut.
Setelah video tersebut viral, Nadia merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab atas apa yang telah diucapkannya. Ia kemudian membuat video permintaan maaf yang memperlihatkan dirinya menangis di depan kamera. Dalam video itu, Nadia dengan tulus meminta maaf kepada mahasiswa dari kampus lain yang merasa tersinggung oleh kata-katanya.
“Saya benar-benar minta maaf atas kata-kata yang saya ucapkan. Saya tidak bermaksud mengejek atau merendahkan kampus lain. Itu adalah pernyataan yang sangat tidak pantas. Saya juga sadar bahwa saya mendapatkan kesempatan kuliah berkat bantuan pemerintah melalui KIP, jadi saya tidak seharusnya berkata seperti itu,” ujar Nadia sambil terisak-isak.
Video permintaan maaf yang penuh emosi ini langsung mendapatkan perhatian dari banyak pihak. Sebagian besar netizen merasa empati terhadap Nadia, yang tampaknya merasa sangat menyesal atas kesalahannya. Namun, meskipun demikian, tak sedikit juga yang menilai bahwa apa yang telah ia katakan tetap tidak dapat dibenarkan, dan perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang empati serta menghargai sesama.
Kabar lebih lanjut yang muncul pasca permintaan maaf Nadia adalah kenyataan bahwa ia ternyata adalah penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP), sebuah program yang memberikan bantuan pendidikan kepada mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. Hal ini semakin membuat publik terkejut, mengingat program KIP adalah salah satu upaya pemerintah untuk membantu mahasiswa dari keluarga kurang mampu mengakses pendidikan tinggi tanpa dibebani biaya.
“Dengan status sebagai penerima KIP, Nadia seharusnya lebih paham tentang kesulitan yang dialami banyak mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Sangat ironis jika ia malah mengejek kampus lain yang mungkin memiliki mahasiswa dengan latar belakang yang serupa,” ungkap salah seorang pengamat pendidikan, Budi Santoso.
Fakta bahwa Nadia adalah penerima KIP juga memunculkan perdebatan lebih lanjut mengenai ketidaktahuan atau ketidaksensitifan terhadap kondisi mahasiswa di kampus-kampus lain yang lebih kecil atau memiliki fasilitas terbatas. Banyak pihak yang mengingatkan bahwa fasilitas kampus bukanlah satu-satunya indikator kualitas pendidikan. Sebuah kampus yang lebih sederhana bisa saja memiliki mahasiswa yang berbakat dan berprestasi, meskipun dengan keterbatasan fasilitas.
Rektor UBL, Dr. Sari Wijaya, memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini. Dalam sebuah konferensi pers, ia menekankan bahwa pihak kampus sangat menyesalkan pernyataan mahasiswinya yang viral tersebut. “UBL sangat menghargai sesama perguruan tinggi dan selalu berkomitmen untuk mendukung keberagaman dan menghormati setiap institusi pendidikan. Kami juga telah memberi kesempatan kepada Nadia untuk meminta maaf secara terbuka,” jelas Dr. Sari.
Sementara itu, pihak Kemendikbudristek melalui akun media sosial resmi mereka juga mengingatkan agar semua penerima bantuan pendidikan, seperti KIP, menggunakan kesempatan yang diberikan untuk belajar dengan sepenuh hati dan mengedepankan sikap saling menghargai. “KIP adalah bentuk dukungan negara untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kami berharap penerima KIP dapat menjaga sikap dan berperilaku dengan penuh rasa tanggung jawab, tidak hanya di kampus tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari,” ujar pernyataan resmi dari Kemendikbudristek.
Kejadian yang melibatkan Nadia, mahasiswi UBL yang sempat mengejek fasilitas kampus lain, menjadi pelajaran penting bagi kita semua tentang pentingnya sikap empati dan penghargaan terhadap orang lain, terutama dalam konteks pendidikan. Meskipun Nadia telah meminta maaf dan mengungkapkan penyesalannya, insiden ini menunjukkan bahwa kata-kata dapat memiliki dampak besar, terutama di era media sosial yang serba cepat.
Sebagai penerima KIP, Nadia kini diharapkan tidak hanya belajar di kampus tetapi juga belajar untuk menghargai sesama, memahami bahwa setiap orang memiliki perjuangan dan tantangan masing-masing. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa pendidikan adalah tentang menghargai satu sama lain, tanpa memandang fasilitas atau latar belakang.
GAME TERATAS