Jos889 News - Fenomena modus penipuan yang melibatkan penyemprotan fogging disertai dengan penjualan serbuk atau bahan kimia berbahaya kembali terjadi dan semakin marak di beberapa daerah. Para pelaku modus ini menggunakan alasan penyemprotan fogging untuk memberantas nyamuk demam berdarah (DBD) atau penyakit lainnya. Namun, setelah proses fogging selesai, mereka justru memaksakan warga untuk membeli serbuk yang mereka klaim sebagai bahan untuk memperkuat efek fogging tersebut. Modus seperti ini membuat banyak warga resah, karena selain merugikan secara materi, juga membahayakan kesehatan mereka akibat penggunaan bahan kimia yang tidak jelas.
Kejadian ini biasanya dimulai dengan kedatangan kendaraan yang dilengkapi dengan mesin fogging atau penyemprot kabut. Pengemudi kendaraan atau petugas yang mengendarainya berpura-pura menawarkan layanan fogging gratis kepada warga setempat. Mereka mengklaim bahwa penyemprotan tersebut adalah bagian dari program pemerintah atau sebuah inisiatif sosial untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti DBD atau malaria.
Namun, setelah proses fogging selesai, pelaku tiba-tiba mengeluarkan serbuk atau bahan kimia yang mereka klaim dapat digunakan untuk "menambah efektivitas" fogging. Mereka kemudian memaksa atau membujuk warga untuk bermain akun demo spadegaming kingkong membeli serbuk tersebut dengan harga yang sangat tinggi. Biasanya, mereka akan menggunakan berbagai alasan yang terdengar masuk akal, seperti "ini bahan tambahan untuk meningkatkan daya bunuh nyamuk" atau "tanpa serbuk ini, fogging tidak akan efektif."
Jika ada warga yang menolak membeli, pelaku akan menekan mereka dengan berbagai cara, mulai dari berargumen bahwa mereka akan kembali melakukan fogging jika serbuk tersebut dibeli, hingga mengancam bahwa tanpa serbuk itu, nyamuk tidak akan mati atau akan kembali menggangu. Hal ini membuat banyak warga merasa terpojok dan akhirnya membeli produk yang sebenarnya tidak memiliki manfaat atau izin edar yang jelas.
Fenomena seperti ini bukanlah hal yang baru, dan bahkan sudah sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Warga yang tidak paham dengan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses fogging biasanya mudah dibujuk oleh pelaku. Penyemprotan kabut memang seringkali menghasilkan aroma yang cukup tajam dan kuat, yang membuat sebagian besar orang percaya bahwa proses ini benar-benar efektif dalam mengusir nyamuk dan membunuh bibit penyakit.
Namun, penjual fogging yang menggunakan modus penipuan dengan menambahkan penjualan serbuk kimia justru memanfaatkan ketidaktahuan dan ketakutan warga untuk meraup keuntungan. Salah seorang warga yang menjadi korban, sebut saja Ibu Siti (40), mengungkapkan bahwa ia merasa sangat terpaksa membeli serbuk tersebut setelah diminta oleh orang yang datang dengan mesin fogging di lingkungan tempat tinggalnya.
"Iya, mereka datang dan bilang kalau fogging ini harus pakai serbuk biar lebih ampuh. Saya sempat ragu, tapi karena takut nyamuknya tetap ada, saya akhirnya beli juga. Harganya mahal banget, tapi saya pikir itu demi kesehatan keluarga," ungkap Ibu Siti.
Menurutnya, setelah membeli serbuk tersebut, ia merasa kecewa karena ternyata tidak ada perubahan signifikan dalam hal pengendalian nyamuk di sekitar rumahnya. Bahkan, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kualitas produk yang dijual.
Salah satu masalah utama dari modus ini adalah ketidakjelasan bahan kimia yang digunakan, yang bisa berbahaya bagi kesehatan. Sebagian besar serbuk atau cairan yang dijual oleh pelaku tidak memiliki izin edar atau nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga masyarakat tidak tahu apakah bahan tersebut aman digunakan atau justru berisiko menimbulkan masalah kesehatan.
Penyemprotan fogging yang menggunakan bahan kimia berbahaya juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan atau iritasi kulit, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat asma atau alergi. Tak hanya itu, bahan kimia yang tidak terstandarisasi dan sembarangan ini juga dapat mencemari lingkungan dan sumber air, berpotensi membahayakan flora dan fauna sekitar.
Dr. Agus Sutrisno, seorang ahli kesehatan masyarakat, menyatakan bahwa "fogging yang dilakukan tanpa pengawasan yang tepat dan bahan kimia yang tidak jelas asal-usulnya dapat membahayakan kesehatan warga. Efek samping jangka panjangnya bisa sangat merugikan, baik bagi pernapasan maupun bagi lingkungan sekitar."