Jos889 News - Kejadian kecelakaan maut yang melibatkan truk tanah menabrak seorang anak kecil di wilayah Kosambi dan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, memicu kemarahan besar di kalangan warga sekitar. Puluhan truk tanah yang melintas di jalan tersebut menjadi sasaran amukan massa. Tidak hanya itu, salah satu truk tanah
Peristiwa tragis ini bermula sekitar pukul 16:30 WIB, ketika seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang tengah bermain di dekat jalan raya, tiba-tiba tertabrak oleh sebuah truk tanah. Menurut saksi mata yang berada di sekitar lokasi kejadian, anak tersebut tengah bermain di pinggir jalan saat truk yang melaju kencang dari arah Kosambi menuju Teluknaga tiba-tiba kehilangan kendali dan menabraknya. Kejadian tersebut terjadi sangat cepat, sehingga anak tersebut tidak sempat menghindar.
Sontak, suara kecelakaan yang keras itu menarik perhatian warga sekitar. Warga yang melihat kejadian itu langsung berlari ke lokasi untuk memberikan pertolongan. Namun, meskipun sempat dibawa ke rumah sakit, nyawa anak malang tersebut tidak dapat diselamatkan. Kematian anak tersebut menjadi pemicu kemarahan luar biasa dari warga setempat yang merasa frustrasi dengan seringnya kecelakaan yang melibatkan truk-truk pengangkut tanah.
Kondisi jalan yang semakin rusak dan tidak terawat diduga turut berkontribusi pada kecelakaan tersebut. Truk-truk tanah yang beroperasi di daerah itu kerap kali melaju dengan kecepatan tinggi dan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, terutama di daerah pemukiman padat. Kejadian ini semakin memperburuk situasi yang sudah lama dipertanyakan oleh masyarakat setempat mengenai keselamatan berlalu lintas di wilayah mereka.
Setelah mendengar kabar kematian anak tersebut, warga yang marah mulai bermain demo slot gold panther megaways di sekitar lokasi kejadian. Tak lama setelah itu, warga yang tak dapat menahan amarahnya mulai mengejar truk-truk tanah yang melintas di sekitar Kosambi dan Teluknaga. Mereka berteriak-teriak, meluapkan kemarahan mereka atas kejadian yang menimpa anak tersebut.
Puluhan truk yang melintas di jalan itu menjadi sasaran amukan massa. Warga yang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya langsung menghalangi jalan dan memaksa pengemudi truk untuk berhenti. Dalam sekejap, situasi menjadi semakin tegang dan chaos. Salah satu truk yang diduga terlibat dalam kecelakaan itu dipaksa berhenti oleh massa yang kemudian merusak dan membakar kendaraan tersebut di tengah lapangan terbuka. Api membakar bagian depan truk tersebut, dan asap hitam tebal membumbung ke udara.
“Mereka (warga) sudah sangat marah. Ini sudah sering terjadi, banyak truk melintas di sini dengan kecepatan tinggi dan tidak ada yang menanggapi keluhan kami. Kami sudah lapor ke pihak berwenang, tapi tidak ada tindakan nyata,” kata Joko (40), salah seorang warga yang menyaksikan kejadian tersebut.
Warga yang marah juga menyerukan agar pemerintah daerah dan pihak kepolisian segera mengambil tindakan untuk menertibkan truk-truk tanah yang sering melintas di kawasan mereka. Mereka menuntut agar ada perbaikan jalan yang rusak, serta penegakan aturan ketat terhadap kendaraan berat yang melintas di jalan yang berada di pemukiman padat.
Kemarahan warga di Teluknaga dan Kosambi ini tidak hanya dipicu oleh kecelakaan maut yang menimpa anak kecil, tetapi juga oleh keluhan panjang masyarakat terkait dengan kondisi jalan yang sudah sangat memprihatinkan. Jalan di daerah tersebut kerap kali rusak akibat beban berat truk pengangkut tanah yang melintas setiap hari. Selain itu, pengemudi truk tanah sering kali melaju dengan kecepatan tinggi dan tidak memperhatikan keselamatan, baik bagi pejalan kaki maupun pengguna jalan lainnya.
Banyak warga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kurangnya pengawasan dari pihak berwenang, terutama mengenai keberadaan truk-truk yang sering melintas di tengah pemukiman padat. Beberapa dari mereka bahkan menyebutkan bahwa truk tanah ini sering kali tidak mematuhi rambu lalu lintas dan mengabaikan batas kecepatan yang ditentukan.
"Setiap hari ada truk besar lewat di sini. Jalanan sudah rusak parah dan tidak pernah diperbaiki. Kami sudah sering komplain ke pemerintah daerah, tapi tidak ada solusi nyata. Kejadian seperti ini selalu terjadi dan kami sudah capek," ujar Siti, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dekat lokasi kejadian.