Jos889 News - Aksi pungutan liar (pungli) di jalur Lintas Sumatera, terutama antara Baturaja dan Tanjung Enim, semakin mengkhawatirkan. Para sopir truk mengeluhkan praktik pemalakan yang berlangsung terorganisir, menyerupai "karnaval pemalak," yang membuat mereka kehabisan uang.

Setiap hari, truk-truk yang melintasi jalur ini menghadapi berbagai oknum yang mengklaim sebagai petugas, menghentikan kendaraan dengan alasan pemeriksaan dokumen atau biaya akses jalan. Sopir-sopir tersebut terpaksa membayar sejumlah uang yang tidak jelas, sering kali tanpa kwitansi atau bukti pembayaran.

Salah satu sopir yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan, "Kami tidak punya pilihan. Jika tidak membayar, kami bisa menghadapi ancaman dan kesulitan lebih lanjut. Akibatnya, banyak dari kami kehabisan uang untuk kebutuhan sehari-hari."

Praktik pungli ini tidak hanya membebani sopir, tetapi juga berdampak negatif pada perekonomian lokal. Kenaikan biaya operasional berpotensi membuat harga barang semakin tinggi, yang akhirnya merugikan konsumen.

Pihak berwenang diharapkan segera turun tangan untuk menangani situasi ini. Penegakan hukum yang tegas dan transparansi dalam pemeriksaan jalan sangat penting untuk menghentikan praktik ilegal ini. Banyak sopir berharap adanya pengawasan yang lebih ketat agar perjalanan mereka tidak lagi dibebani dengan pungutan yang merugikan.

Dengan meningkatnya kesadaran publik tentang isu ini, diharapkan pemerintah dan lembaga terkait dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi pungli di jalan Lintas Sumatera dan memberikan perlindungan bagi para sopir truk.